Tuesday, February 23, 2010

The Gift

Selalu ada cerita dibalik sebuah barang. Ini lucu sekali sebenarnya. yap, cerita ini tentang beberapa barang yang diberikan dan/atau aku berikan pada orang lain. Barang2 itu adalah sebuah mug, alat pemotong kuku, sebungkus coklat caca, dan kaos oblong.


Sebuah Mug yang lucu pemberian seorang kawan yang dulu sekos denganku. Namanya mbak wida. Waktu itu kami semua harus pindah kos karena kos kami akan direnovasi. Dan otomatis, itu akan menjadi kepindahanku yang ketiga dalam 1 1/2 tahun. Aku serasa lebih muda beberapa bulan kalau melihat mug itu karena aku seperti lahir pada bulan dengan bintang Aries, padahal sebenarnya bintangku Aquarius. Mug itu kalau hidup mungkin akan mengeluh, karena saking seringnya aku gunakan. Ketika aku membuat coklat panasku, maka dia yang akan menampungnya. Dia adalah pasangan sempurna bagi laptopku, karena dia yang akan selalu ada di samping laptop yang tak pernah mengeluh aku pencet terus. Owh ya, ketika mbak Wid memberikan mugnya, dia berkata “aku tak punya apa-apa Nung, tapi walaupun begitu, aku tak akan memberikan yang jelek untukmu”. Hmm jujur, bukan karena pemberiannya aku sayang padanya, tapi karena kesediannya untuk menjadi temanku…


Alat pemotong kuku. Ah aku biasa menyebutnya ketoan kuku. Aku beruntung mendapatkannya karena alat ini memang enak dipakai. Dengan sekali pencet, kukuku yang panjang akan segera terpasung. Suatu hari sekitar 5 tahun yang lalu seseorang memberikannya padaku. Sebut saja Tumini. Sambil menyodorkan ketoan kuku itu, dia bilang: “ini tak kasih ketoan kuku. Itu dulu ketoan kuku kenangan lo” katanya sambil mencibir ke arah suaminya, sebut saja Marwoto. Lalu dia meneruskan: “itu kan pemberian dari pengagum dia (Marwoto), bahkan ada suratnya, katanya begini ‘semoga alat pemotong kuku ini dapat selalu mengingatkanmu padaku seperti kukumu yang selalu tumbuh”. Hayyah aku cuma tertawa saja waktu itu. Sementara Marwoto cengengesan melihat tingkah istrinya yang kelihatan sekali sedang mencurahkan kecemburuannya. Batinku, mereka yang geger, aku yang untung dapat ketoan kuku gratis hahaha. Dan disinilah ketoan kuku itu, dia tak karatan dan masih menggigit seperti biasa. Dasar sepasang suami istri yang aneh,,,

Ehem barang ketiga adalah sebungkus coklat caca. Sekitar 2 1/2 tahun yang lalu, HP ku hilang, dan beberapa hari setelahnya, seorang teman memberiku coklat caca. Ada pesan di kertas kecil yang bunyinya “jangan sedih ya Nung…Cheers! Your Sista”. Hahaha dan tahukah kau? aku memakan coklat itu dan tak pernah membuang bungkusnya. Aku tempel diantara jadwal kuliahku. Namun sayangnya, bungkus itu sekarang hilang, aku tak tahu dimana bersembunyi…Terima kasih Hety, coklat caca mu waktu itu membuatku lebih kuat, hehehe

Dan yang terakhir adalah kaos murahan nan jelek yang aku beli di Lombok waktu SE. Hahaha ini lucu sekali. Sebenarnya kaos itu oleh-oleh untuk seorang teman jauh. Dan rencananya aku akan memberikannya ketika dia berkunjung ke jogja. Kaos itu bergambar peta gunung rinjani dan bertuliskan “tracking at Rinjani”. Tapi ternyata yang ditunggu tak pernah datang dan aku pun memutuskan untuk memberikannya saja kepada orang lain. Dan suatu hari, aku diundang ke kos seorang teman yang tak lain adalah mbak Wida. Aku pun teringat dengan kaos musibah yang harus segera aku singkirkan dari kamarku. Maka aku pun dengan malu-malu menyerahkannya padanya. “Mbak, semoga muat ya…” Sumpah!aku tak sadar bilang gitu ke dia. Terlalu jujur karena memang badan dia yang “agak” besar. Lalu dia menyahut, “ini all size kan nung”…dan kami pun tertawa seru. Kemarin ketika aku bertemu dengannya, dia memakai kaos itu. Dia bilang padaku “Nung, ketika aku melihat diriku di kaca tadi, ternyata kaos ini cocok ya untukku. Aku ngrasa nyaman aja.” Aku cuma bisa nyengir sambil membatin:”mungkin kaos itu memang seharusnya untukmu mbak”

Yah begitulah. Tanpa benar-benar aku sadari, ternyata banyak barang-barang di sekitarku yang mengingatkan dan memberi kenangan. Selalu ada arti di setiap barang. Dan aku lebih suka melihat artinya daripada wujudnya. Karena arti itu berarti hati,,,

Monday, February 22, 2010

Menjadi Indonesia

Aku menulis ini menjelang magrib setelah membaca buku “Sejuta hati untuk Gus Dur” dan mendengarkan pandji yang sedang diwawancara di Swaragama. Kalau kamu belum tahu pandji yang mana, itu lho, pandji si presenter “kena deh!?” di TV7 yang lalu dipindah ke ANTV. Sekarang dia nyanyi. Aku kira, dia cuma sedang ikut-ikutan artis lain yang berbondong-bondong jadi penyanyi cinta. Tapi ternyata anggapanku salah! dia tidak sekedar nyanyi, dia menawarkan sesuatu yang lain, sesuatu itu adalah “hati” untuk indonesia. Yah dia mencampur lagu rap dan suara pas-pasannya dengan bumbu yang special. Lebih “meaning” dibandingkan lagu-lagu apapun yang pernah aku dengar. Yaitu seruan untuk sepenuhnya MENJADI INDONESIA. Lalu kenapa itu penting? Hah aku tak tahu harus mulai dari mana, tapi aku akan menceritakan sesuatu kawan, ceritaku…Ini sama sekali bukan bermaksud sombong, aku takut kau salah paham,,,

Waktu itu sore di bulan September, seseorang meng-sms aku yang ternyata adalah Marianus Kleden, dia berkata “Saya sedang membaca essay anda mbak Ainur, sangat cerdas dan NASIONALIS…” seterusnya dia bicara tentang pemecahan masalah essayku yang aku ikutkan dalam lomba menulis essay Tempo “menjadi Indonesia”. Aku tersentak, terutama dengan bunyi nasionalis yang aku cetak dengan huruf kapital diatas. Apakah memang nasionalis? Aku mengernyit dan menganggapnya lucu karena sebenarnya aku tak merasa seperti itu. Dan saat pemenang diumumkan, aku tambah kaget. Aku dapat nomer dua dan sama sekali tak merasakan hawa “wahhh”, karena aku hanya menulis saja. Hey!mungkin saja aku tak pantas menerima itu!? Dan mau tak mau, kemenangan itu sebenarnya membuatku berpikir. Yah aku berpikir lama setelahnya dan kadang membaca essayku lagi. Sebenarnya, aku tak se-nasionalis itu…mungkin masih banyak anak lain yang mengirim essay-nya dan lebih mencintai indonesia dibanding aku. Aku tak tahu, mungkin ketika menulis itu, aku kemasukan arwah pejuang sehingga jiwanya tercurah di tulisanku. Dan dari kemenangan itulah aku mulai belajar tentang sesuatu yang sebenarnya telah aku pelajari sejak lama lewat pelajaran atau kuliah yang berbau ke-pancasila-an, namun tak pernah aku resapi,,,yaitu menjadi Indonesia.

Aku tak akan bilang ini pelajaran, tapi aku akan bilang ini dengan “pengalaman”.


Pengalaman pertama adalah bertemu dengan 20 besar “Menjadi Indonesia”. Mereka adalah Mas Arif, Mas Firdos, Fathan, Made, Fakhri, Ayos, Rona, Prima, Mas Islah, Dea, Jati, Veri, Goklas, Nur Cholis, dan sidiq. “Orisinal”. Aku pikir itu kata yang paling menggambarkan mereka. Yup mereka memaknai Indonesia dengan cara mereka sendiri. Anak-anak yang “jadi mereka sendiri”. Aku tak melihat anak yang sok gaul dan berbicara dengan campuran bahasa inggris atau yang sok bicara berat dengan kata-kata yang sulit ku pahami (yang sering aku temui). Aku melihat orang-orang yang apa adanya, yang ingin melakukan sesuatu bagi negaranya, Indonesia. Ketika di Ismail Marzuki untuk acara penutupan setelah 5 hari kemah, aku begitu bangga berdiri diantara mereka. Bukan karena kami 20 besar, tapi karena aku diantara anak-anak yang mungkin lebih banyak berbuat sesuatu untuk Indonesia daripada aku yang tak pernah berkarya untuk Indonesia/banyak orang. Aku menemukan pengalaman yang tidak dapat terdeskripsikan. Dan dari sana, aku semakin penasaran,,,aku memantapkan niat untuk terus mencari “menjadi Indonesia”

Bulan Nopember kalau tak salah, aku presentasi essay di Universitas Sanata Dharma. Kau tahu kan ini universitas Kristen. Dan waktu itu, mungkin aku adalah satu-satunya orang muslim di ruangan yang penuh dengan orang kristen. Dengan jilbabku aku maju ke depan, mencoba tenang walaupun hatiku tak bisa berbohong bahwa “menjadi minoritas itu bikin was-was” hehehe. Yah aku seperti ada di tempat asing yang jauh dari hidupku biasanya. Dan diantara sekian banyak orang, tak ada yang ku kenal, aku sendirian. Tak ada pendamping yang menguatkanku seperti pendamping finalis yang lain. Tapi hatiku tenang karena seorang romo memberi sambutan dengan kata-katanya yang meneduhkan:“siapapun anda, anda punya hak yang sama”.

Dan Alhamdulillah keberuntungan ada di pihakku, akupun disuruh memberi sepatah dua patah kata. Aku tak berkata banyak waktu itu, semuanya mengalir karena aku tak diberi waktu untuk berpikir. Yang ku ingat waktu itu aku berkata “ketika datang tadi, saya merasa asing. Terima kasih telah memberi saya kesempatan berdiri di sini. Saya beruntung, bukan karena berdiri sebagai pemenang, tapi karena saya telah memperoleh kawan-kawan dan keluarga baru…” Itulah pengalaman kedua. Ketika ada dalam keadaan minoritas, aku semakin merasa berada di Indonesia. Yang begitu beragam dengan agama, suku, bahasa dll. Ternyata keberagaman itu indah ya,,,dan pesan mereka ketika aku akan pergi “berkunjunglah kapan saja, tangan kami selalu terbuka…”aku tersenyum…


Dan mungkin pengalaman ketiga adalah hari ini, 20 feb 2010. Aku menghabiskan buku “sejuta hati untuk Gus Dur” kurang dari dua hari karena begitu indah ceritanya. Aku menemukan orang yang begitu mencintai Indonesia. Tahukah kau, sewaktu kecil, aku bisa dikatakan dekat dengan dunia pesantren karena dibelakang rumahku berdiri pesantren. Dan ketika agak besar, aku mulai bosan dengan dunia pesantren karena aku banyak melihat ketidakteraturan dan para Kyai-nya yang tak “murni” lagi. Kebanyakan mereka ikut politik praktis atau berpartai, sehingga ke-kyai-an mereka secara pribadi aku ragukan. Iya kalau niatnya untuk perjuangan dan membawa kebaikan untuk semuanya, tapi bukan, terlihat sekali kalau mereka bersaing demi uang atau kekuasaan. Paling tidak itu yang terjadi di sekitarku yang berhasil aku temui. Tapi tadi setelah aku membaca itu, aku sadar bahwa tak semua Kyai begitu. Bahwa dunia yang dulu dekat denganku yaitu pesantren, sebenarnya tak pernah aku tinggalkan, karena banyak essay dan tulisanku yang bercerita tentang pasantren dan dunia seputarnya. Pesantren yang kadang aku “tak begitu suka” itu, disaat yang sama juga aku sayang dan ingin aku perjuangkan. Bahwa pesantren juga tak pernah terpisah dengan Indonesia,,,pesantren berjuang untuk Indonesia…Lalu kenapa aku harus memilih diantara keduanya?


Dan sebelum maghrib tadi, aku tak sengaja mendengar pandji diwawancara di radio swaragama. Aku baru mendengar lagu-lagunya dan tercengang. Mau tak mau, semangat itu datang lagi. Semangat untuk “menjadi Indonesia”. Negara ini pantas diperjuangkan, itu yang aku tangkap dari lagu-lagunya. Dan sebagai generasi muda, aku tak akan lagi menertawakan Indonesia yang memang penuh dengan ketidaksempurnaan, tapi dibalik ketidaksempurnaan itu masih banyak yang dapat dicintai dari Indonesia. Meaning yang sekali lagi membuatku “terpanggil” untuk melakukan sesuatu. Aku sarankan, dengarkanlah lagu-lagunya, walaupun secara kwalitas suara, dia tak bagus-bagus amat.

Aku akan menutup tulisan ini dengan satu bait lagu pandji feat Tompi:”Ini lagu, bukan lagu rindu. Ini lagu untuk membuka pikirmu. Kalau negeri ini bukan negeri babu, ayo anak negeri mana karyamu,,,”

Tunggu apa lagi, mari “menjadi Indonesia” sepenuhnya, Kawan!?

Wednesday, February 10, 2010

Tentang Coklat Panas

Entah kenapa aku merasa perlu untuk menjelaskan tentang blog ini. Well, kenapa aku perlu membuat blog yang berisi cerita-cerita membosankan (hahaha) yang kebanyakan berbau pribadi? ‘Emang siapa sih lo? Bukan artis, pejabat, lo cuma nanung. Ga penting banget sih,,,’ Hmm kadang aku juga bingung sendiri kenapa aku begitu bersemangat menceritakan banyak hal dan sekali lagi itu kebanyakan kehidupan pribadiku, dimana aku benar-benar terlibat didalamnya. Karena sebenarnya aku tipe orang dibalik layar.

Jawabannya simple. Sama sekali bukan narsis atau sok merasa penting, tapi aku ingin berbagi tentang cerita-cerita yang siapa tahu dapat menginspirasimu. Aha apakah itu muluk-muluk? Ketika aku bercerita tentang keluargaku, aku harap engkau juga akan merasakan kehadiran keluargamu yang berharga itu dan tak sungkan mengungkapkan rasa bangga dan cintamu pada mereka. Ketika aku bercerita tentang pengalaman-pengalaman lucu, aku ingin membuatmu tertawa dan sudahlah, walau kadang sedih, mari kita tertawakan saja. Bukankah setiap orang punya sisi konyolnya sendiri? Haha. Lalu ketika aku bercerita tentang kisah-kisah kawanku, aku ingin mengatakan bahwa hidup kita begitu kaya karena ada banyak cerita yang harusnya membuat kita berpikir dan lebih dewasa. Yah semua membuat kita lebih dewasa kawan. Pengalaman-pengalaman, masa lalu, dan lingkungan sekitar. Aku ingin kau kadang mengingatnya dan mengemasnya kembali menjadi mindset yang lebih baik. Bahwa semua adalah proses pembelajaran. That’s great hah? Itulah yang aku maksud dengan “menertawakan hidup”.

Menertawakan hidup itu tak sekedar tertawa karena itu konyol, tapi tertawa karena kita ingin membuat hal yang tak damai menjadi simple dan tertebak, lalu menjadi lebih damai untuk kita sendiri dan orang lain. Singkatnya, mentransformasikan elemen-elemen negative menuju positif dengan berpikir positif dan rasional. Okey! Yeah I got it!? Apa itu tadi maksudnya. Never mind. Dan sebenarnya semangat menertawakan hidup itu bukanlah ciptaan Abu Nawas. Hehe aku cuma sotoy saja kalau dia punya semangat itu. aku hanya mengaguminya saja dan aku pikir, tokoh yang humoris dan cerdas macam beliau layak ditiru,,,hehehe.

Ow ya, kenapa aku kebanyakan menceritakan cerita nyata baik itu dari diriku sendiri, teman, lingkungan sekitar, dan bukan artis, tokoh sejarah atau orang-orang besar yang semua tak aku kenal. Karena aku nanung, adalah orang yang tak mau menebak-nebak. Ketika aku mengatakan sesuatu, aku ingin itu jujur dan karena aku terlibat di dalamnya. Tak hanya mengira-ngira. Misal aku bercerita tentang Pak Soeharto buanyak sekali, tapi aku tak begitu mengenalnya. Sebenarnya sah-sah saja sih, tapi aku merasa, aku tak ingin merugikannya atau menguntungkannya dengan ke-sotoy-anku, dengan sedikit pengetahuanku tentangnya yang aku dapat dari cerita-cerita dan buku. Yap aku hanya akan banyak cerita ketika aku terlibat banyak dengan objek itu, dan merasakan hawanya secara langsung. That’s why, tulisan-tulisan di blog ini akan terasa sangat pribadi. Dan kadang aku curcol atau bahkan ngegosip, tapi itu tetap dengan perspektifku, hahaha

Dan,,,kenapa coklat panas? Penjelasannya diatas noh. Coklat itu dalam bentuk kemasan yang disedu dengan air panas. Sebenarnya agak mahal juga sih, tapi terpaksa, karena sepertinya aku telah ketagihan. Dan dialah yang membuatku tak kesepian ketika menulis apapun. Aku suka Coklat Panas!? Oke selamat membaca tulisan-tulisan tak pentingku. Aku siap mendengar kisahmu atau apapun itu jika kau ingin bercerita denganku. Kau tahu dimana bisa menghubungiku. Siapa tahu saja, itu dapat menginspirasi (ah bahasanya berat banget), ulang, siapa tahu dapat membuat diriku yang bodoh ini menjadi lebih dewasa dan bahagia. Dan kawan-kawan semua tentunya. Jangan khawatir, aku tak akan menceritakannya kepada orang lain ketika aku merasa kau tak mengizinkannya. Dan kau tentu boleh menulis di blog bodohku ini. hehe

Semangat untuk mulai menertawakan hidup kawan!?

Nanung dan Mas Orlando Bloom

Untuk kedua kalinya aku jatuh cinta setelah 9 tahun berlalu (cinta pertamaku adalah mas baju merah). Waktu itu aku baru masuk SMA dan orang tuaku mensyaratkanku mondok di salah satu pesantren di Rembang, Jawa Tengah. Cinta keduaku adalah seorang santri yang satu pesantren dan SMA denganku. Hmm dia adalah laki-laki pujaan di kedua tempat tersebut. Kalau artis, dia mirip siapa ya,,, Orlando Bloom!? (wuih artis Holywood merambah ke Rembang)

Sama dengan cinta pertamaku, aku pun pada awalnya tidak tahu nama pangeran pujaan hatiku. Setahuku, dia santri kesayangan ustadz (kata teman-teman pondokku) dan telah duduk di kelas tiga SMA. Gak tahu, pokoknya suka aja sama dia. Itung-itung meramaikan persaingan di jagat percintaan pondok pesantren. Suatu kali, teman satu pondokku menggosipkannya. Dia juga nge-fans abis dengan Mas Orlando (jiah mas Orlando) dan merupakan bank gossip yang siap memberikan informasi apa saja seputar kumbang pesantren itu. Berdasarkan infomasinya, Mas Orlando suka duduk tak jauh dari tempat dudukku sewaktu mengaji. Sekedar informasi aja, Para santri (laki-laki dan perempuan) pada pagi hari buta mengaji di sebuah aula yang disekat oleh triplek yang bawahnya bolong. Jadi menurut perhitunganku, Mas Orlando harusnya duduk di sampingku kalau tidak ada penyekat itu.

Haha namun penyekat triplek bukanlah halangan bagi pejuang cinta macam aku. Inilah kesempatan bagiku untuk melancarkan jurus nyaplok kumbang!? Aku pun jadi giat berangkat ngaji dan sudah akan ada di posisi ketika teman-teman lain masih menunda-nunda berangkat ngaji. Ini tidak lain agar tempat dudukku tidak dijamah orang lain. Aku pun mulai menyapanya dengan surat kaleng (mungkin lebih cocok disebut surat kolong, karena suratnya aku masukkan ke bolongan kecil di bawah triplek). Heeh cuma sesobek kertas kecil yang aku remas-remas agar tak kelihatan seperti surat.

“Assalamualaikum (wuih sopannyaaaa), anak SMA 1 kan?” Sapaku.
Lama baru dijawabnya. Cuma kata “Iya”
Dan itulah permulaan aku mulai ngobrol melalui surat kolong dengannya. Berminggu-minggu aku ngobrol dengannya tanpa menyebutkan identitasku. Bukannya tidak PD kawan, tapi itu aku lakukan tidak lain karena suatu kejadian yang sangat memalukan yang aku alami tepat di depan matanya.

Ceritanya begini. Suatu pagi (jauh sebelum aku mulai berkirim surat dengannya) ketika para santriwati lari-lari kesetanan untuk bergegas pergi ke sekolah, aku masih belum mandi sedangkan waktu telah menunjukkan pukul 07.00 (sekolahku masuk jam 07.15). Heyah bau asemku pun termanipulasi oleh minyak wangi yang sebenarnya bukanlah minyak wangi, yang sebenarnya itu adalah minyak angin, tapi karena aku percaya persepsi mempengaruhi kenyataan, maka bau minyak angin itu pun aku anggap bau parfume.

Aku juga tak kalah kesetanannya dibanding santriwati lain yang sekarang telah enyah dari pondok pesantren tingkat tiga itu. Dengan cepat aku menyambar dasiku dan memakainya seadanya. Lariiiii?! Seperti mengejar kereta yang di dalamnya ada Sang kekasih, aku pun mengejar angkot warna kuning yang menggoda. Menggoda karena mirip pisang molen. Dan tiba-tiba, angkot yang telah lari agak jauh dariku tersebut berhenti. Aku pikir yang akan keluar dan menghampiriku adalah kernet seperti biasanya, tapi ternyata,,,treng treng treng! Mas Orlando bloom. Sumpah dia sudah mirip artis saja ketika keluar dari angkot itu.

Bukannya bergegas, aku malah terbengong menatapnya dari jauh. Dan seperti tersihir, aku pun melangkah dengan anggun ke arahnya. Ehem ehem tak perduli dengan bauku dan dasiku yang tak rapi, aku harus menyongsong masa depanku dengan meyakinkan. Dia memandangku dari kepala sampai ujung kaki. Dan berhenti pada kakiku,,,haha dia pasti tergagum dengan cara jalanku yang sudah mirip pragawati, batinku.

“Mbak, kok pakai sandal,,,” katanya terbata setelah aku berdiri di hadapannya.
Ampuuun mak,,,aku melihat sandal jepit di kakiku, dan bukan sepatu, warna sendalnya mewakili dua partai, merah di sebelah kanan, dan hijau di sebelah kiri, owhh anggun sekaliii…

Baiklah, itu yang aku maksud pengalaman yang memalukan bersamanya. Tapi itu malah semakin membuatku penasaran padanya. Dan sampailah hari itu ketika dia mengajak bertemu setelah sekian lama kami saling berkirim surat kolong. Aku pun tak kuasa menolak. Sebenarnya kawan, najis bagi santriwan/ santriwati untuk saling bertemu dengan tujuan yang tidak sepantasnya.

Dan datanglah hari itu! aku memilih tempat bertemu yang sangat strategis, yaitu perempatan lampu merah dimana biasanya ada orang yang berjualan ikan hias disana. Yakin itu strategis? Yap absolutely, karena dengan berdiri disana, aku dapat melihat kedatangannya dari berbagai sisi, dan kalau misalkan yang datang bukan mas orlando, aku dapat lari sebelum dia dekat, hahaha

Aku pun telah ada di posisi, masih mengenakan seragam sekolah. Dan benarlah feeling-ku, ternyata yang melambai dan menghampiriku memang bukan dia. Hah aku telah ditipu mentah-mentah!? Lariii,,,

Aku sendiri tidak tahu laki-laki yang menghampiriku siapa (aku bahkan tidak memperhatikannya benar-benar). Yang aku tahu sehari setelah kejadian itu, ada Mi ayam kiriman dari santriwan untukku, dan temanku yang dititipi memastikan itu dari Mas Orlando,,,

Di plastiknya tertulis (pakai spidol) “Afwan,,,”
Sampai sekarang aku ga tau maksudnya.

Tuesday, February 9, 2010

Si lelaki dan Sang gadis (part 2)

Aku seorang adik kawan. Tahukah kau rasanya ketika saudara perempuanmu yang paling kamu sayangi dilamar?



Ikut lega rasanya. Alhamdulillah, mbakku telah menemukannya, insyaAllah. Semoga dia memang yang terbaik untuk mbakku. Haha hidup ini memang lucu. Bagaimana bisa dalam waktu sesingkat itu mbakku bisa jatuh cinta dengannya, tak ada dua bulan, dan kemarin ketika aku berbincang dengan mbakku, aku telah merasakan hawa cinta, dan yah aku yakin dia akan bahagia…Sepertinya sepupuku pantas berterimakasih padaku karena aku adalah salah satu tokoh di balik layar yang sangat membantunya hahaha. Aku yang jarang membela calon untuk mbakku, pada suatu waktu bilang: “mbak, mau tak mau aku telah iri denganmu, karena laki-laki yang bersungguh-sungguh seperti itu jarang, yah laki-laki yang mau memperjuangkan…”



Rasanya ingin tertawa ketika dengan manyunnya, mbakku duduk di bawah lemari di kamar adikku. Sepupuku yang dodol itu telat 3 jam dari jadwal. Padahal semua telah menanti rombongnnya. Dan mbakku yang jarang merias diri itu hampir lelah mempertahankan semangatnya. Meski begitu, dia selalu terlihat cantik bagiku meskipun badannya tak sebahenol dulu hahaha. Dengan muka culunku, aku mencoba menghiburnya, dan mulai menceritakan lagi inbox dari seorang teman yang sebenarnya ditujukan untuknya. Seorang temanku pada suatu waktu mengrim pesan dan dia memberi saran tentang penyakit mbakku. Katanya obat untuk orang yang sakit asma itu :Rajin jalan-jalan pagi,minum madu campur air hangat tiap pagi, dan banyak diberi perhatian (yang lalu aku katakan dengan memiliki suami hahaha). Di inboxnya dia bercerita “Pokoknya tunjukin kalau orang2 di sekelilingnya sayang and care ma dia. Coz dulu aku pernah mendapati orang yang sakit asma parah. Tapi terus sembuh karena neneknya sayaaaaaang banget sama dia. Jd dia terus sembuh 100% dari asma. Dan seseorang itu adalah ayahku”

Mbakku tertawa!? Hah tahukah kau mbak, bahagiamu adalah juga senyumku, hmm

Beberapa jam sebelum rombongan datang, dengan telaten aku menyetrikakan baju yang akan dikenakannya, hati-hati sekali. Dan entah mengapa aku merasa tak pernah menyetrika selicin itu. Haha aku bangga dapat berperan di hari yang begitu penting baginya. Ketika rombongan telah datang dan semua telah duduk dalam satu ruangan, serasa semua mata tertuju padanya dan seperti menghakimi, mereka menilai. Aku duduk di sampingnya, menahan air mata. Hehe aku sungguh cengeng kawan. Ingin sekali memegang tangannya karena itu adalah hari yang menegangkan dan menentukan untuknya. Aku ingin menenangkannya “tenang mbak, aku ada di sampingmu, u’r perfect!? selalu akan seperti itu”. Dan yah semua berjalan dengan baik. Mungkin karena doa mereka berdua, terutama doa sepupuku yang telah menunggu selama setengah umurnya. Yang tak pernah rela mbakku bersanding dengan yang lain, dan pada akhirnya, dia benar-benar membuktikan keseriusannya. Allah selalu Maha Besar, aku yakin itu,,,

Dan mau tak mau, aku telah merasa kehilangan lagi. Seorang saudaraku yang akan dibawa dan menjadi hak sepenuhnya bagi suaminya. Tak akan ada lagi teman keliling ke pak lek waktu lebaran, akan hanya aku dan adikku. Akan tak sering aku berbincang dengannya ketika aku pulang karena dia telah dengan suaminya. Yah mungkin semua tak akan selayaknya dulu.

Dia adalah saudara perempuanku kawan, saudaraku yang dulu selalu mengantarku ke sekolah TK dan SD, lalu kami akan dikejar oleh orang gila. Dia adalah guruku yang selalu menasehatiku dengan tuturnya yang sederhana, dan justru karena itulah dia yang selalu aku dengar. Dia adalah kakak yang dulu ketika aku menangis, mengiringiku menangis,,,dan dia juga sahabatku yang selalu menyempatkan menelponku ketika aku begitu putus asa karena cinta padahal keadaannya sedang parah dan dia selalu bertanya “bagaimana keadaanmu?”, dan aku akan selalu menjawab “aku baik-baik saja” meskipun aku mengucapkannya dengan terisak. Dan kini, kakak perempuanku yang selalu aku dengar itu akan menikah,,,bismillah, Semoga Allah selalu memberi bahagia untukmu mbak,,,Amin Ya Robbal Alamin,,,

NB: Terimakasih mbak Datu atas inbox-nya,,,mbakku senang sekali. Dan kemarin ketika sepupuku datang, dia membawakan madu untuknya,,,

Saturday, February 6, 2010

It's all about strong women (part 1)

Haha aku akan bercerita tentang sesuatu yang Tuhan ciptakan yang mungkin paling sulit dipahami oleh pria, bahkan aku sendiri. Kamu pasti kenal A’a Gim, Ferdinand Marcos, atau Antasari Azhar. Mereka sempurna pada awalnya, namun bersusah payah berjibaku dengan “konsekwensi” dan akhirnya tenggelam bersamaan dengan munculnya satu kata yaitu “wanita”. A’a Gim yang terlihat lebih muda ketika muncul dengan istri mudanya di infotainment semakin jarang saja aku lihat ceramah di TV. Marcos yang sampai akhir hayatnya masih harus was-was karena tuntutan korupsi yang dihadiahkan padanya sementara istrinya memiliki 3000 pasang sepatu di lemarinya dan merupakan perempuan terkaya di dunia (saat mereka sedang jaya-jayanya). Sedangkan Antasari, terlepas benar ataukah tidak, harus mempertahankan semua yang membuatnya sempurna pada awalnya. Karir, nama baik, dan yang paling penting menurutku adalah istri yang pertama kali membelanya di depan seluruh rakyat Indonesia dan dengan tegar bilang “saya yang paling tahu suami saya”. Yah hanya satu kata kawan, “wanita”. It’s all about women,,,

Perlu beratus-ratus notes untuk menggambarkan satu kata ini. Karena wanita itu tak ada yang sama walaupun secara garis besar tak jauh berbeda (bingung kan?). Tapi kali ini, aku akan bercerita tentang wanita kuat versiku (bagian 1).

Suatu hari datang seorang wanita padaku, sebut saja Srintil. Ritual wajibnya ketika mengunjungiku adalah mentraktirku makan bakso hahaha. Srintil tak lagi muda, dia telah berumur 39-an keatas namun belum memiliki pasangan. Aku tak akan membuat ini sulit dengan mendramatisirnya kawan,,,yah dia sedang gundah karena telah lelah bertanding dengan waktu. Dia ingin segera mendapatkan pasangan hidup, itu intinya,,,
Kadang aku heran, kenapa laki-laki begitu bodoh membiarkannya menanti selama itu? Kalau aku jadi laki-laki, aku tak akan menyia-nyiakannya, sejak dulu. Haha aku tidak sedang promosi karena dia telah mentraktirku makan bakso. Walaupun wajahnya tak sekwalitas Zakiya Nurmala, tapi hatinya jauh lebih cantik dari wajah seribu Zakiya Nurmala. Sekali lagi aku tak promosi, tapi bergaul dengannya sedikit memberiku gambaran tentang wanita yang seharusnya, yang harus kuat dan tegar.

“Dia masih menghubungiku, padahal anaknya sudah berapa,,,”. Dan kami pun tertawa ngakak sampai bapak penjual baksonya kaget.

Hmm tidak bermaksud menggosip kawan, tapi seorang laki-laki sering sekali menghubunginya padahal si laki-laki telah menikah. Dulu, waktu mereka masih ingusan, mereka terlibat dalam scene “cinta monyet”. Dan sampai sekarang, si lelaki masih saja “menggodanya”. Bisa saja Srintil meladeni karena dia telah bosan dengan musim kemarau di hidupnya. Tak ada musim hujan yang membawa seorang pangeran yang tiba-tiba memayunginya ketika dia butuh. Tapi tidak kawan,,,dia memang ingin musim hujan segera datang, tapi dia tak mau kalau pangerannya membawa payung yang telah digunakannya untuk memayungi istana yang telah penuh dengan tawa peri-peri kecil-nya dan bau masakan istrinya. Itulah perjuangan seorang wanita,,,diantara beratus-ratus Mayang Sari yang eksis di dunia ini, ada seorang Srintil yang lebih rela hidup hanya dengan musim kemarau daripada musim hujan yang dapat membawa banjir untuk semua. Tahukah kau, menurutku itulah cara paling anggun untuk menghormati dirinya sendiri dan makhluk sejenisnya. Karena dia paham, selegowo apapun seorang wanita menerima untuk diduakan, dalam hati kecilnya, dia tak pernah rela, yakinlah itu! (sotoy tingkat tinggi) Haha Itu Srintil, seorang wanita kuat versiku,,,

Lain lagi dengan Sarinah (bukan nama sebenarnya). Pada suatu hari dia pergi dari rumah meninggalkan suaminya yang “khilaf” (haha akrab kan dengan kata ini?) dan anaknya. Dia datang padaku dan bercerita tentang kehancurannya. Heeh kehancuran rumah tangga yang dibangunnya dengan susah payah, dari nol ketika keduanya belum punya apa-apa. Dan semua komitmen itu sirna karena ulah penghapus yang bermerek “khilaf”.

“Dia pikir, dia saja yang bisa selingkuh, aku juga bisa”. Aku dapat melihat dendam dan ego menyala-nyala di matanya. “aku bekerja dan masih bisa membiayai anakku” katanya angkuh. Hufff modal cinta saja ternyata masih kurang, dan komitmen pun ternyata kalah oleh nafsu. Lalu apa yang lebih masuk akal agar cerita seperti ini tak berakhir dengan kata talak? Jawabannya cuma satu kata yaitu “anak”. Simple kan. Ini komitmen paling bahenol ngalahin “casing” Julia Peres hehehe. Dan Sarinah pun dengan tegar kembali ke rumahnya dan mulai membangun semua dari awal lagi. Ya dari awal. Dia tak hanya menata rumahnya yang berantakan karena telah ditinggalkannya selama beberapa hari, tapi yang jauh lebih berat adalah menata hatinya agar ikhlas untuk hidup lagi dengan laki-laki yang pernah mengabaikan keberadaannya. Dan masa-masa suram itu kini telah lewat kawan,,,hmm. Meskipun kadang Sarinah mengeluh hatinya masih sakit, tapi dia adalah wanita yang sama yang selalu mengambilkan nasi untuk Si laki-laki, menungguinya pulang kerja, dan mengasuh anak-anaknya. Diantara bejibunnya perceraian artis yang sering aku tonton di infotainment, aku masih dapat melihat rumah tangga yang telah dirusak oleh Grandong (cucunya Mak Lampir) dengan aji-aji “buaya makan tempe”-nya dibangun kembali dengan aji-aji a la Sarinah yaitu “rasionalitas wanita”. Aku sotoy ya? Menurutku pilihannya rasional kawan, aku tak akan menjelaskannya dengan konsep strategi karena itu akan sedikit membingungkan. Tapi secara sederhana, dia memiliki bayangan akan masa depan dan pertanyaan simple: “bagaimana dengan anak-anakku kalau aku bercerai? Dia paham sekali akan dapat mencukupi mereka secara lahir, tapi kalau secara batin? Itu cerita lain,,,Yup I have second strong women,,,

Bagiku, wanita itu kuat ketika dia bertahan dengan pilihan yang baik (saat itu). Meskipun seherois apapun seorang “selingkuhan” mempertahankan cintanya lalu melukai istri pertama, itu bukan wanita kuat bagiku. Atau seorang wanita yang menjajakan diri untuk membiayai anaknya sekolah sementara seorang istri sedang menunggu suaminya pulang, dengan menyesal aku katakan juga bukan wanita kuat. Bukankah setiap orang punya cobaannya sendiri-sendiri? In sum, wanita kuat versiku adalah wanita yang tak melukai wanita lain, meskipun cinta telah merasuk sedemikian dalamnya untuk satu lelaki yang sama.

Wanita itu bukan lemah, dia hanya butuh waktu,,,

I'm a big big girl
In a big big world
It's not a big big thing if you leave me
But I do do feel that
I do do will miss you much
Miss you much...
I can see the first leaf falling
It's all yellow and nice
It's so very cold outside
Like the way I'm feeling inside
I'm a big big girl
In a big big world
It's not a big big thing if you leave me
But I do do feel that
I do do will miss you much
Miss you much...
Outside it's now raining
And tears are falling from my eyes
Why did it have to happen
Why did it all have to end
I'm a big big girl
In a big big world
It's not a big big thing if you leave me
But I do do feel that
I do do will miss you much
Miss you much...
I have your arms around me ooooh like fire
But when I open my eyes
You're gone...
I'm a big big girl
In a big big world
It's not a big big thing if you leave me
But I do do feel that
I do do will miss you much
Miss you much...
I'm a big big girl
In a big big world
It's not a big big thing if you leave me
But I do feel I will miss you much
Miss you much...


(Emilia: Big Big Girl)

Nanung dan Abu Nawas

Jogja sedang hujan kawan, ada coklat panas dan Jason Mraz koar-koar, lengkaplah untuk nulis. Note ini sebenarnya tidak penting, tapi karena aku sedang ingin menyenangkan orang, maka aku akan menceritakan sesuatu yang mungkin akan membuat kalian ngakak. Yah semoga,,,



Apa hubungan nanung dengan Abu Nawas? Sebenarnya aku adalah pengagum Abu Nawas. Aku sering sekali membaca buku tentangnya ketika di rumah. Di lubuk hatiku yang paling dalam, aku ingin membentuk sebuah komunitas yang dijiwai semangat ke-AbuNawas-an. Hmmm komunitas macam apa itu? Taulah, yang jelas di dalamnya ga akan ada yang namanya dunia yang bikin pusing, yang ada cuma happy karena banyak cerita yang bikin orang menertawakan hidup (nya).

Anyway, aku akan membagi satu cerita dulu,,,itung-itung menyalurkan bakat sebagai pelawak…

Suatu pagi di Leran (desaku) 11 tahun yang lalu, yah sekitar jam 05.00 gitu dah. Aku dibonceng kakakku naik sepeda mini dari rumah nenekku. Alamaaaaak pagi amit, ayam aja masih ngorok…ehem yah begitulah kawan kami harus cepat pulang sebelum matahari menyinari batang hidung pesek kami karena kalau kesiangan dikit, serabi pujaan masyarakat se-desa akan keburu habis dan kami hanya akan kebagian arangnya saja (hiyyah macam jaran (kuda) kepang saja, taukan? Itu lo yang makan beling, areng panas, trus lampu listrik PLN kwakakaka).



So pasti kami datang paling duluan, dan serabi yang mirip kondenya mak lampir siap disantap, yummy… (selain Abu Nawas, aku kagum dengan Mak Lampir, kenapa? Aku pikir, Mak Lampir itu cool banget. Ketawanya, ceileeee top markotop bikin hatiku bergetar. Wajahnya, ckckckck kayak lihat buah duren (isinya). Tapi tenang, aku ga akan bikin komunitas ke-maklampir-an kok. Maksudnya untuk saat ini, nanti kalau aku udah tua baru aku bikin hehehe,,,yang aku tag harus ikutan!?).
Huh sebenarnya kita baru dapat setengah jalan dari cerita, yang atas cuma pengantarnya,,,

Setelah puas dengan serabi kolam (konde Mak Lampir), kami meneruskan perjalanan. Kikikikikik hawanya mistis abissss, karena kami sekarang sedang ada di posisi yang sangat menegangkan. Melewati Kuburan! Namanya kuburan Miri, aku juga ga tahu kenapa dinamai demikian. Menurut cerita, dulu disitu dikubur kepalanya setan, yah sejenis Mak Lampir gitu dah (ahh Mak Lampir lagi,,,). Tapi bener kok, nama setannya wewe gombel. Nah kuburan pinggir jalan itu mang serem banget. Sampe-sampe ya, jalan itu kalau dilewati rasanya beraaaaat banget (padahal sebenarnya jalan itu emang nanjak).
Untung aja, pas melewati kuburan Miri itu, pagi tak sehitam ketika kami menyantap serabi kolam walaupun kabut masih disana-sini. Uhuk-uhuk, tampaknya kakak ku mulai kecapaian neh, dalam hatiku. Ini lah saat yang paling menyenangkan untuk mengerjainya. Maka aku dengan tenang menggantungkan kakiku dan sambil sesekali menggesekkannya ke jalan biar semakin berat hahahaha.

“Nung, sikilmu ojo bok konokke” (Nung, kakimu jangan dibegitukan dong!?) Katanya ketus sambil ngos-ngosan.
“Yo ben” (Biarin)
Dan tak berapa lama. Tiba-tiba sesuatu yang hangat dan lembek menempel di kakiku. Beruntun lagi.
“Opo iki mbak? Kok anget?” (Apa ini mbak?kok rasanya hangat?)
“Kwakakakakak, nung neng sikilmu,,,kwakakakak” (nung, di kakimu,,,)

Dan kakakku menertawakanku habis-habisan Karena ternyata kakiku yang telah sekian lama bergesekan dengan jalan telah berhasil mengumpulkan sekian banyak kotoran sapi yang masih hangat. Heeh bayangkanlah kawan betapa hangatnya karena masih pagi ketika para sapi baru keluar dari peraduannya. Belepotan tak karuan. Kakakku terus tertawa dan aku dengan muka culunku hanya pasrah saja,,,sepanjang perjalanan pulang, aku tak lagi menggantungkan kakiku, apalagi menggesekkannya ke jalan…takut semakin banyak yang ku sapu.

Yah begitulah kawan, akhirnya aku nyadar kalau kakiku tidak terlalu berbakat mengerjai kakakku, kayaknya lebih berbakat jadi sekop,,,