Monday, August 23, 2010

Rencana besar

Yeah, kamar mandi memang selalu menyumbang inspirasi, terutama ketika nongkrong di atas kloset. Ehm, agaknya bahasaku terlalu jorok.

Anyway, intinya aku baru saja berpikir tentang sesuatu. Sesuatu itu menggugah, agaknya akan menjadi tantangan baru bagiku. Tadi pagi ketika mengurus ijazah, aku bertemu dengan seorang teman yang kemarin juga ikut seleksi indonesia mengajar untuk daerah yogya dan sekitarnya. Sebenarnya bukan teman juga sih, tapi dia adalah temannya temanku, namanya wildan. Waktu ketemu, kami sama-sama terkejut lalu dia bertanya 'eh, gimana kamu?'. Kalau lebih lengkap, pertanyaannya akan berbunyi begini 'gimana kamu keterima indonesia mengajar gak?'

Aku menjawab dengan muka manyun dibuat-buat 'nggak keterima, nggak dihubungin kan berarti gak keterima. Lah kamu?'

Hah, tak aku pungkiri kalau sebenarnya aku mengharapkan jawaban yang sama, hehe jahat sekali aku. Ragu-ragu dijawabnya 'Alhamdulillah aku dihubungi, nunggu med ceck' katanya agak sungkan.

'SELAMAT!' suaraku yang menggelegar agaknya mengagetkan semua orang di dekanat. Tapi jujur, di satu sisi aku ikut senang temanku lolos, tapi di sisi lain aku merasa kecewa. Aku masih merasa pantas untuk mendapat kesempatan itu. Andai ada alat pengukur niat, maka nilaiku mungkin saja akan tinggi. Jauh lebih tinggi dari sederet tes yang IM lakukan terhadap kami (self presentation, problem solving test, focus group discussion, psyco test, simulasi mengajar, dan deep interview).

Karena mulai merasa malu-maluin, maka aku pun segera kabur. Tak lama, aku bertemu temanku yang juga teman wildan. Aku menggugat 'wildan lolos IM het, sedangkan aku tidak..'. Dia menimpali 'aku lihat-lihat ya, Yang sangat ditekankan oleh IM itu kemanpuan adaptasi calon yang dipilihnya. Wildan itu dulu KKN-nya di Sorong, Papua. Jadi udah terbukti kemampuan adaptasinya. Plus, dia itu aktif banget anaknya, banyak bergaul. Jadi kemampuan bersosialnya juga oke. Jadi mungkin itu yang jadi nilai plus-nya'.

Oh ya? Setelah aku pikir, benar juga. Aku belum punya pengalaman ekstrem tinggal di wilayah yang ekstrem pula. Terbersitlah ide gila barusan. KALAU BEGITU, AKU INGIN TINGGAL BEBERAPA BULAN DI DAERAH YANG MENEMPAKU, AKU AKAN MENGAJAR DI SANA, MENULIS DAN MERESAPI ALAM DAN MANUSIA. AKU AKAN MEMBUKTIKAN BAHWA AKU BISA. Tanpa embel-embel IM, aku akan maju sendiri, karena ini bukan apa yang akan aku dapatkan setelah setahun dg IM, tetapi ini tentang passion-ku. Ini tentang pengabdian dan tantangan. Tapi satu pertanyaan, bisakah aku tanpa uang? Hahaha

Sunday, August 22, 2010

Aku baik-baik saja

Hari-hari ini tidak mudah terlewati olehku. Hah kadang aku merasa, aku tak begitu beruntung dalam memperoleh pekerjaan. Kemarin dulu aku gagal dengan nestle, lalu IOM, dan yang terakhir adalah Indonesia Mengajar. Aku berpikir, apa yang salah denganku? Apakah aku memang bodoh? Atau cuma tidak beruntung? Baru aku temukan, ternyata aku tak hanya tidak begitu beruntung dengan soal-soal asmara, tetapi juga kerja. Ups harusnya aku tak berprasangka begitu.

Yah, hal yang paling pedih bagiku adalah tidak lolos Indonesia Mengajar. Ini adalah pekerjaan yang aku banget. Betapa besar keinginanku untuk dapat bergabung di dalamnya. Malam ketika aku mendengar ketidaklolosanku, aku sedang menonton 'he's just not into you' yang telah aku putar berulang kali dan selalu sukses membuatku menangis (sumpah lebay). Ditambah ada kabar itu, maka seperti disembur air perasan bawang merah, mataku tak bisa menahan kucuran air mata (lebay meneh). Tapi herannya, aku cuma menghabiskan 3 potongan tisu, jauh lebih sedikit dibanding ketika aku patah hati dulu. oh wow, that's great hah! Dan entah mengapa, malam itu aku memutuskan untuk mengikhlaskannya dan tidur dengan nyenyak. Jauh berbeda ketika patah hati, butuh waktu lama untuk menerima kenyataan. Kenapa aku begitu cepat ikhlas?

Satu, aku yakin semangatku adalah mengabdi, berinteraksi, dan menemukan inspirasi. Dan sebenarnya itu bisa aku lakukan di manapun. Aku dapat mencari pekerjaan yang punya jiwa sama. Toh aku masih punya cemara, masih bisa memainkan angklung, dan orang tuaku tak keberatan aku tetap tinggal di jogja sembari mencari kerja.

Dua, aku sudah terbiasa tertolak. Apalagi pengalaman yang terakhir kemarin. Ada yang jauh lebih sakit dan tanpa harapan. Jadi kehilangan IM membuatku lebih realistis. Bahwa apa yang tidak dapat kau raih, memang harus kau ikhlaskan, karena begitulah kenyataannya! Alhamdulillah, terkadang aku bangga pada diriku sendiri atas kuatnya hatiku saat ini.

Tak ada alasan ketiga kawan. I just wanna say, kadang yang paling kita inginkan, terlepas dari tangan kita, dan kecewa pasti akan datang. Yang terpenting bukanlah apa yang kau rasakan karenanya, tapi bagaimana mempersiapkan hari-hari selanjutnya.

Aku tak tahu langkah kakiku membawa, pengangguran membuatku merasa jadi orang tak berguna,
semoga aku akan cepat memperoleh pekerjaan yang aku inginkan ya,,,amin

Thursday, August 19, 2010

My graduation (part 2)

Lanjut ngomongin wisudaan yang, alamak, ribet tapi dapat tertangani dengan rebes. Kembali lagi pada pertanyaan kenada aku senang lulus. Ketiga, aku menemukan jawabannya tadi malam ketika keluar dengan teman. Biasalah cewek. Lihat-lihat sepatu (kerja), pakaian kerja dll. Semua mahal-mahal bo' (ya iya lah). Lalu aku pun bergumam, 'ini semakin membulatkan tekadku untuk bekerja, biar bisa beli-beli yang aku suka dan memberi tanpa banyak berhitung', kataku mantap. Dia pun menyahut, 'ya kamu pasti bisa nung mencapai yang kamu inginkan.' hohoho memang simple alasan ini, tapi bermakna dalam bagiku. Aku ingin hidup untuk memberi dan menerima yang memang pantas untuk aku terima. Aku ingin hidup dengan kerja kerasku sendiri. Dan menerima buahnya setelah melakukan kewajibanku. Pun ketika memberi, aku ingin melakukannya karena aku suka dan itu adalah hasil jerih payahku sendiri. Sungguh, rasanya berbeda.

Keempat, aku ingin menggapai passionku. Aku ingin pekerjaanku adalah passionku. Rasanya akan sulit bagiku bekerja pada suatu bidang yang tidak cocok denganku dan mengorbankan diriku di dalamnya. Ya meskipun aku suka tantangan, tapi aku juga akan tetap selektif memilih tantangan itu. Satu yang aku inginkan adalah bekerja dengan orang banyak -terutama bidang sosial, dan pekerjaan itu terus mendukungku untuk menulis. Itu yang paling aku inginkan. Masalah uang, aku yakin, rizki itu akan mengiringi kalau aku dapat benar2 nyemplung di duniaku. Yaa sebut saja konsisten dan profesional dalam bidang yang aku geluti. Oleh karenanya, aku selalu berangan-angan untuk menjadi pekerja yang mobile, aktif menulis, bertemu banyak orang, dan selalu eksplor kemampuanku dimanapun berada.

Mmm apalagi ya..dari semua itu, pada intinya aku ingin membahagiakan dan membuat bangga orangtuaku, saudara-saudaraku, sahabat2 dan teman, dan semua orang. Karena hidup ini gak ada apa-apanya tanpa berbuat sesuatu untuk orang lain.

Wednesday, August 18, 2010

Graduation day




Hore! Hari ini aku wisuda. Tak ada kata yang layak untuk mendeskripsikan rasaku selain syukur. Ya, ketika telah tiba saat ini, aku hanya merasa bahwa diriku sangat beruntung. Aku hanya bisa berucap syukur dan terimakasih kepada Allah dan orangtuaku.

Kata bapakku, ini adalah step kedua yang berhasil aku lewati, akupun tak begitu jelas apa step pertamanya. Aku yakin, step selanjutnya yang lebih rumit, aku harus dapat kerja.

Aku senang lulus karena beberapa alasan. Pertama, dg lulus, aku akan cepat cari kerja, hidup mandiri dan tidak lagi minta pada orang tua. Syukur-syukur aku bisa membalas budi kepada mereka. Hidupku akan aku jalani dengan polaku sendiri. Dan aku akan punya porsi yang lebih besar untuk bertanggungjawab terhadap diriku sendiri. Bukankah itu hidup yang sungguh exited ketika aku adalah milikku sendiri. Aku dapat berperan banyak untuk pekerjaanku dan lingkunganku. Hidup dimulah ketika kau diwisuda nak..

Kedua, dengan lulus, aku akan menyandang predikat baru. Apakah itu mahasiswi s2,karyawan di sebuah perusahaan, pengangguran, atau nikah,hahaha. Akan ada hidup baru, pelajaran baru, teman baru, dan tantangan-tantangan baru yang menunggu untuk ditaklukkan. It will be wild journey ketika idealisme bertarung dengan kerasnya zaman. Bagaimanapun, aku tak sabar menanti tantangan yang akan muncul setelah wisuda. Prinsipku, aku muda, ketika aku masih bisa bertahan dg idealismeku, maka aku akan mencoba memperjuangkannya atau paling tidak, berkompromi dg nya.

Mungkin bersambung..

Tuesday, August 17, 2010

mengaku untuk lega

Horey! inilah enaknya nulis di blog, bisa ramai sendiri, hahaha

Tapi sayangnya suasana hatiku lagi gak begitu ramai. Kalau seperti ini, biasanya aku mendendangkan ini: 'ilahilastu lil firdausi ahla,,wa la aqwa 'alannaril jakhimi..fahablitaubatan waghfir dzunubi,fainnakagho firudzambil 'adzimi..', yang kira-kira artinya: Ya Allah,sesungguhnya aku tidak pantas masuk surgaMu, namun aku juga tidak sanggup ada di nerakaMu,maka terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku,sesungguhnya Engkau pengampun dosa-dosa besar'..

Ya,aku sering sekali melagukannya. Ketika habis sholat, sedang berjalan sendirian, dan ketika hatiku tak tenang. Hah serasa angin segar, doa itu mengisi paru-paru yang sempit. Seakan pahlawan bertopeng, doa itu membuatku ikut tertawa layaknya sinchan. Aku tak tahu, tapi aku seperti ada di titik dimana aku harus menyerah, mengakui sebenar-benarnya bahwa aku tak pantas sombong. Bahwa Allah yang Maha Kuasa atas diriku. Lalu dengan apa adanya aku mengaku bahwa aku tak ada apa-apanya. Bahwa tak ada yang dapat menguatkanku selain Dia. Itulah esensi iman terdalamku saat ini.

Kadang aku mengeluh padaNya,ya tentu saja. Aku banyak mengeluh tentang: kenapa susah sekali untuk menjadi orang baik. Mengapa sulit sekali memiliki hati yang jernih. Oh aku cuma ingin bahagia, apa salahku.

Kadang aku merasa kalau banyak yang aku raih. Prestasi, kecukupan materi, teman-teman yang baik, kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, kesehatan, dan banyak hal lain yg tak terhitung. Tapi tahukah bahwa akhir-akhir ini aku selalu merasa gagal dalam hal asmara.hahaha.tertawalah karena ini memang lucu. Sebenarnya aku juga ingin tertawa.

Ternyata sulit sekali menemukan orang yang tepat. Wahahaha, aku sudah kayak sayembara cari pasangan aja ini. Tapi benar! Ketika kau sudah merasa tercukupi dalam berbagai hal dan gagal dalam satu hal saja, maka rasanya begitu penasaran. Kenapa aku tidak begitu beruntung dalam hal itu? Hahaha maka itu ada yang bilang kalau gak ada hidup yang sempurna. Aku percaya itu. Gak sempurna agar seseorang gak sombong. Agar ia sekali-kali mengaku kalau ia memang butuh Yang Maha Pemberi, Allah SWT.

Monday, August 16, 2010

bernyawa kembali

Horeee!aku akan suka melakukan ini.apa lagi,selain nulis di blog.memang tak penting,tapi paling tidak,aku punya media untuk bercerita,mencela,meraba salah,berbangga,dan bersikap.bukankah hidup adalah siklus dari kata-kata itu?

Pun suatu hari aku memutuskan untuk bersikap dalam suatu masalah.masalah itu membuatku bertanya tentang banyak hal.tentang harga diri,kesombongan,kekakuan,kepolosan,kekanak-kanakan,kejujuran,dan banyak hal lain.aku yakin ketika kau ada dalam suatu masalah,dan kau belum juga bersikap untuk mengakhirinya atau tidak,maka kau tak akan dapat mengartikan setiap kata yang aku sebutkan di atas.kalau memang kata itu cukup merepresentasikan masalahmu.proses mengartikan tiap kata itulah yang aku sebut proses pendewasaan diri.

Kalau aku tak tertimpa masalah itu,mungkin aku tak akan bertemu dg CEMARA dan bergabung di dalamnya
Mungkin kalau aku tak tertimpa masalah itu,aku tak akan banyak bergelut dg dunia anak dan mendapat banyak inspirasi dari setiap yang aku lakukan
Kalau aku tak tertimpa masalah itu,mungkin aku tak akan pernah tahu bagaimana rasanya tertolak,dan aku akan tetap sombong,mempermainkan lawan jenisku
Dan seandainya aku tak tertimpa musibah itu,maka aku hanya nanung yang dulu,datar saja

Ya,aku percaya cobaan itu punya sisi lain.dia tak pernah permisi menimpamu,tapi dia cukup sopan untuk mau pergi ketika kau ingin mengakhirinya.ketika kau tak lagi sanggup mengembannya,maka akhirilah,itu yang selalu aku katakan pada temanku.dan disinilah kau mengambil sikap.


Gitar aku petik
Angklung aku goyang
Rindu dendam mendayu seperti nada-nada mereka

Hatiku ragu atas sebuah sikap
Ingin mundur dan menyerah
Aku yakin,pada saat itu iblis menguasai

Ah tapi aku sudah lelah
Aku ingin sebuah hati yang baik
Aku ingin dawai-dawai yang damai
Aku ingin hatiku ini datar saja
Karena aku ingin hidupku bahagia..

(jogja,17 agustus 2010)

tentang gembel

Sebentar sebentar sebentar, ini sebenarnya adalah tulisan pesanan dari seorang teman. Dulu katanya mau dibikin e-book, tapi agaknya tak ada kabar sampai sekarang. Nah daripada mubazir ngendon di dalam folder, mending aku posting aja. Teruuuuus kemarin pas seleksi Indonesia Mengajar, ada seorang kenalan "menarik" yang lagi nyari hal-hal tentang anak berambut gimbal di Dieng, jadi, tarararara!? mari kita mulai saja membaca

Bohong ngaku sudah ke Dieng tanpa bertemu dengan anak berambut gimbal. Hehe untunglah pagi itu kami dapat bersua dengan mereka. Sebut saja Srintil. Dia seorang anak berumur 2-3 tahunan dengan muka lugu yang berlebihan. Sesekali dia tampak ingin menangis karena menjadi objek jepretan Ayos dan Werdha. Hmm meskipun rambutnya gembel seperti tak pernah disisir, tapi itu membuatnya terlihat manis. Seperti dia telah mendapat petuah dari Rudi Hadisuarno tentang gaya rambut yang pas dengan mukanya. Sedangkan anak gimbal kedua juga seumuran dengan Srintil. Mmmm panggil saja Mariatun. Aku sempat menggendongnya dan dengan berani mencium rambutnya. Walaupun gimbal, ternyata bau rambutnya wangi, lebih wangi dari rambutku hehe. Berbeda dengan rambut gimbal Srintil yang hitam kecoklatan seperti bunga jagung, rambut Mariatun hitam diselingi kekuningan seperti terbakar matahari pada ujung rambut gimbalnya sehingga seperti padi-padian. In sum, ada beberapa jenis rambut gembel disana yaitu: Gembel Pari (seperti padi-padian), Gembel Jagung (seperti bunga jagung), Gembel Jata (seperti blok tebal dan panjang), Gembel Wedus atau Debleng (seperti bulu domba). Kami pun sempat berbincang dengan beberapa orang dewasa tentang fenomena tersebut. Aku akan menceritakannya untukmu. Ups, pesanku jangan mengantuk, coz It’s all about “squaliders”!

Mitos dibalik Gembel
Fenomena anak berambut gimbal di Dieng telah ada sejak dulu, tak dikatahui kapan persisnya. Gimbal adalah bahasa jawa yang berarti bergumpal. Menurut Drs. Widi Purwanto, seorang peneliti, dalam bukunya yang berjudul ”Dieng Plateau” mengatakan bahwa rambut gimbal adalah rambut yang saling melekat, sehingga menjadi gumpalan rambut menyerupai seutas tali atau bulu domba yang berwarna hitam kecoklat-coklatan dan kadang cenderung berwarna kemerah-merahan. Rambut gimbal mulai terjadi pada anak-anak laki-laki/perempuan yang berumur 40 hari-6 tahun di wilayah dieng. Uniknya hal ini hanya terjadi di kawasan dataran tinggi itu saja dan tidak ada sebab pasti yang dapat menjelaskannya, semisal faktor genetik dari orang tuanya. Bisa saja apa yang dialami Srintil, tak dialami oleh anak-anak lain seusianya, atau saudaranya. Jadi memang tak semua anak di dieng berambut gimbal. Menurut cerita masyarakat sekitar, sebelum gembel, Si anak mengalami pusing, diare, gatal-gatal dan demam tinggi. Gejala ini dapat berlangsung antara 1 hari – 2 bulan, lalu diikuti rambut yang mulai kusut dan menyatu satu dengan yang lain menjadi lintingan-lintingan yang terpisah-pisah.


Foto:mbah google

Hmm bukan orang Indonesia kalau segala sesuatunya tak dihubungkan dengan mitos tertentu. Paling tidak ada tiga versi tentang anak berambut gimbal di Dieng. Mitos pertama dan yang paling populer adalah kepercayaan masyarakat sekitar, terutama masyarakat Wonosobo, bahwa bocah gembel adalah anak keturunan dan kesayangan dari Kiai Kolodete. Konon sang kiai yang diyakini sebagai leluhur masyarakat Dieng itu juga berambut gembel dan sangat terganggu dengan rambutnya. Karena itu Kiai Kolodete berpesan kepada keturunannya bahwa ia akan selalu menitipkan rambut gembelnya agar dia tenang di akhirat. Masih menurut cerita, Kiai Kolodete sendiri tidak mencukur rambutnya karena sumpahnya “hanya akan mencukur rambutnya sampai daerah yang ia bangun maju”.

Versi lain tentang Rambut Gembel adalah tentang Nyai Roro Kidul yang sangat terganggu oleh rambut manusia yang rontok yang kemudian dihanyutkan di laut selatan tempat Nyai Roro Kidul tinggal. Karena semakin lama semakin bertambah banyak, akhirnya Nyai Roro Kidul gerah dan memerintahkan kepada para abdinya untuk membersihkan rambut-rambut tersebut dengan cara memungutinya dari laut yang kemudian dikumpulkan dan dititipkan kepada anak-anak di daerah Dieng. Rambut-rambut yang telah dititipkan ini akan diambil jika orang tua si anak memenuhi permintaan Nyai Roro Kidul yang akan disampaikan melalui perantara anak itu ketika akan diruwat. Komen lagi: satu kesamaan antara Kiai Kolodete dan Nyai Roro Kidul adalah mereka sama-sama terganggu dengan rambut.

Dan cerita ketiga berhubungan dengan Kawah Sikidang. Dahulu kala ada ratu cantik bernama Shinta Dewi yang akan dilamar pangeran tampan dan kaya raya, bernama Kidang Garungan. Ratu Shinta pun mengajukan syarat untuk dibuatkan sumur. Saat sumur digali oleh pangeran Kidang Garungan, Shinta dan pengawalnya berusaha menimbun Sang Pangeran. Namun sebelum Sang Pangeran tertimbun, ia sempat mengeluarkan kesaktiannya hingga sumur itu panas dan meledak lalu mengutuk Ratu Shinta bahwa keturunannya kelak akan berambut gimbal. Satu pertanyaan yang paling masuk akal diajukan: apakah pangeran ini punya bau badan sehingga ratu shinta tak mau dengannya?

Prosesi Ruwatan
Anak berambut gimbal di Dieng dianggap dapat menimbulkan masalah atau musibah di kemudian hari. Musibah itu dapat terjadi pada anak itu sendiri seperti sakit-sakitan atau bahkan kematian dan/atau terjadi pada orang di sekitarnya. Dan untuk menghilangkan musibah, maka rambut gimbal tersebut harus dicukur. Namun tak asal mencukur, mereka harus melewati prosesi yang dinamakan ruwatan dimana rambut gimbal dipotong dengan menggunakan ritual tertentu pada waktu tertentu pula, biasanya dilaksanakan pada puncak musim kemarau. Ruwatan berasal dari kata “RUWAT” yang berarti Terlepas atau Bebas dari “SUKRETA” atau marabahaya yang akan timbul karena adanya ciri khas yang melekat pada anak atau orang tertentu.

Jika sebelum diruwat menandakan musibah, maka setelahnya, si anak diharapkan akan mendatangkan rejeki. Selain itu, diharapkan si anak akan memperoleh rambut yang normal pasca ruwatan. Namun apabila rambut gimbal dicukur tanpa melakukan ruwatan dan tanpa permintaan si anak, bisa jadi rambut gimbal tersebut akan tumbuh kembali dan dia akan sakit-sakitan. Meskipun dianggap sebagai musibah, namun orang tua harus tetap memperlakukan anaknya dengan baik sebagaimana mereka harus berbakti kepada leluhur yang telah berjasa kepada mereka. Salah satu kebaikan yang harus dilakukan orangtua terhadap anak gimbalnya adalah menuruti apapun yang diminta oleh si anak sebagai syarat sah-nya ruwatan.

Sekarang prosesi ruwatan dijadikan ajang tahunan dan dikoordinir oleh Pemerintah Daerah Wonosobo dan Banjarnegara. Ruwatan rambut gembel biasanya dilaksanakan sebelum si anak masuk sekolah (TK) atas 2 pertimbangan yaitu berdasarkan permintaan si anak dan kemampuan orang tua. Jika salah satu dari 2 syarat tersebut tidak terpenuhi maka upacara pencukuran rambut gembel tidak bisa dilaksanakan. Waktu upacara ruwatan ditentukan berdasarkan weton (hari kelahiran sang anak) sedangkan pelaksanaan upacara dihitung berasarkan neptu (nilai kelahiran anak yang akan diruwat). Sedangkan yang terlibat dalam upacara ini ada empat komponen, di antaranya anak yang akan diruwat, orang tua, pemimpin upacara (pak kaum) dan dukun ruwat. Diperlukan persiapan khusus untuk mengadakan upacara ruwatan seperti tempat upacara dan benda-benda sesaji. Tempat upacara biasanya dilakukan di Goa Semar. Sedangkan sesaji yang disiapkan meliputi tumpeng, ingkung ayam (ayam besar utuh), gunting, mangkuk yang berisi air dan bunga setaman, beras, 2 buah uang, payung dan permintaan anak yang diruwat.

Upacara ruwatan rambut gimbal telah menggabungkan unsur ajaran islam meskipun masih sarat dengan unsur kejawen. setelah diawali dengan kata sambutan, tahlil, dan pembacaan ayat-ayat Alquran, kemudian pada saat pak kaum membacakan shalawat dan dukun ruwat selesai membaca doa, dalam iringan sholawat dimulailah acara pencukuran. Dalam meruwat, dukun harus memandikan anak gimbal terlebih dahulu. Setelah itu kepala anak diasapi dengan kemenyan, selanjutnya sang dukun memasukkan cincin yang dianggap magis ke tiap helai rambut gimbal lalu mencukurnya satu-satu. Rambut yang telah dicukur lalu dibungkus dengan kain putih lalu dilarung di Telaga Warna Dieng atau ke sungai Serayu. Biasanya, air suci diperoleh dari tempat-tempat keramat di kawasan Dataran Tinggi Dieng seperti di Goa Sumur.

Jangan kuwatir, akan banyak hiburan di hari ruwatan itu seperti kuda lumping, tayub, tarian thek-thek, dan kalau mau yang modern sedikit, ada musik dangdut dan keroncong. Tariiiiik Mang!?

Sunday, August 15, 2010

Karyanya Sesederhana Namanya

Dia membentuk kadal dan kura-kura dengan ahlinya, seperti telah ditakdirkan sebelum dia terlahir. Dia mengajari teman saya dengan sangat sabar dan teliti. Seakan teman saya adalah anak-anak yang belum mengerti bentuk kadal dan kura-kura.


Kira-kira itulah kalimat yang ada di pikiran saya ketika melihat Ibu Sena membuat gerabah dengan berbagai bentuk. Saya bertemu dengannya ketika melakukan study excursion ke Lombok pada Desember 2009 silam. Tulisan ini pun saya buat tidak lama setelahnya, namun teronggok begitu saja di salah satu folder yang tiba-tiba ingin saya buka kembali.



Kembali lagi pada Bu Sena. Ibu Sena merupakan salah satu potret pengrajin gerabah yang ada di desa Banyumulek, Lombok, yang menjadi buruh sewa di Berkah Sabar, sebuah pusat kerajinan gerabah. Beliau bercerita tentang keahliannya membuat gerabah yang merupakan bakat turun-temurun dari nenek moyangnya yang juga berprofesi sabagai pengrajin. Tidak ada yang istimewa dengan bentuk kadal dan kura-kura yang Bu Sena buat. Cukup lima menit kadal telah jadi tanpa ada modifikasi. Kadal-kadal itu hanya berbentuk sedikit cekung dengan wajah yang sama, dan ukuran yang sama pula, seakan semua kadal kembar. Tidak ada kadal yang melingkar, mendongak, atau gendut.

Itulah sedikit gambaran tentang bagaimana gerabah yang diproduksi begitu homogen dan monoton, artinya tidak ada upaya inovasi yang dilakukan agar bentuk gerabah, seperti kadal tadi, menjadi lebih menarik karena ada nilai tambah (upgrading) berupa inovasi yang dilakukan pengrajin dalam tahap produksi. Ketika seorang pengrajin hanya mempertahankan suatu bentuk dan tidak ada upaya diversifikasi, maka produk tersebut dapat dipastikan berkurang peminatnya. Misalkan saja, seorang pembeli akan lebih berminat membeli satu jenis barang dengan berbagai macam varian daripada satu jenis barang dengan satu varian. Seseorang akan silau melihat kadal dengan berbagai bentuk dan membeli beberapa darinya daripada banyak kadal dengan bentuk yang sama, mungkin mereka akan cukup membeli satu.

Tidak salah jika ibu sena hanya dapat berpikir tentang bentuk kadal yang itu-itu saja. Pasalnya pengalaman atau proses sosialisasi yang beliau dapatkan dari lingkungannya, dalam hal ini pengrajin lain, juga demikian. Semua pengrajin memiliki bentuk produk yang sama. Dan menurut pengakuan Ibu Sena, beliau hanya mengikuti bentuk umum yang telah menjadi standar para pengrajin di desanya. Jikalau membuat berbeda dari style pada umumnya, itu pun karena adanya pesanan dari pembeli yang menginginkan bentuk yang berbeda. Bu Sena pun akan menuruti pesanan tersebut. Tidak ada upaya untuk membongkar kontinuitas yang telah berlaku umum. Beliau hanya mengikuti arus sehingga pemikiran untuk membuat hal berbeda dan inovatif yang sekiranya dapat meningkatkan nilai tambah produknya tidak terjadi.



Dalam kasus Bu Sena, upgrading tidak terjadi terutama dalam konteks teknis dan packaging produk itu sendiri. Dalam konteks teknis, proses produksi hanya menggunakan alat yang masih tradisional dan seadanya sehingga barang yang seharusnya dapat diproduksi dengan lebih cepat dan halus (artinya tanpa cacat), perlu waktu yang lebih lama dan membuat kwalitas barang tidak sesuai standar. Hal ini membuat produksi menjadi tidak efisien sehingga dapat mengurangi laba. Misalkan saja, produk yang cacat dan tidak sesuai standar akan segera dibuang tanpa ada pengolahan kembali. Ketidakefisienan waktu, tenaga, dan sumber daya terbuang percuma tanpa ada hasil.

Selain dalam teknis produksi, upgrading juga tidak terjadi, sebagaimana saya jelaskan sebelumnya, yaitu pada barang produksi itu sendiri. Padahal dengan adanya upaya inovasi, keterampilan pengrajin akan semakin terasah dan pada gilirannya menghasilkan barang produksi berstandar tinggi dengan alternatif pilihan yang beraneka ragam. Jika ditelusuri lebih lanjut, ternyata kendala yang umum ditemui pada pengrajin dalam pembuatan gerabah adalah minimnya keterampilan mendesain produk. Minimnya daya imaginasi, pelatihan, dan pengetahuan mengenai desain yang sesuai dengan permintaan pasar, misal desain modern, sangat minim sehingga kurang menarik minat pasar.