Tuesday, September 7, 2010

Aku berjalan menunduk

Masa-masa sulit memang seperti tak ada habisnya. Seperti bapakku yang pusing, aku juga. Ya Allah, harus kami ikhtiar bagaimana lagi? Ya, aku mengakui, Engkau Maha Kuasa, maka tolonglah kami..

Banyak masalah menghimpit. Oh bulan puasa ini begitu dahsyat. Aku akui, ibadahku minim. Aku terlalu sibuk bergelut dg bayangan akan masa depan. Hah, seandainya aku dapat berbuat banyak..seandainya mbakku dapat sehat kembali. Segar bugar dan bahagia, andai..

Sedih, ketika aku melihatnya. Tak tega, ingin semuanya berakhir. Kadang karena tak tahan, aku berdoa. 'Gusti Allah, kalau memang dia harus pergi, maka lakukanlah dengan halus. Tapi kalau dia memang harus kembali sehat, maka berilah ia kesempatan. Cuma itu doaku.

Ya, aku tak tahu lagi. Aku merasa ini saat-saat terlabil dalam hidupku. Aku ingin segera bekerja. Ingin hidup dengan tenang. Ingin berguna untuk semua orang. Hanya itu.

Hehe, coklat panasku harus sabar mendampingi hari-hariku. Aku tumpahi ia dengan keluhan dan curahan hati. Mungkin hanya dia yang bisa mengerti. Walau tak hidup, tapi aku ingin berterima kasih karena telah mendampingi perjalananku. Bagaimanapun, pada akhirnya ini adalah pelajaran,,dan aku akan bersyukur ketika hatiku bisa ikhlas menjalani ini semua.

Bersabarlah...

Friday, September 3, 2010

suatu siang

Hampir siang di hari minggu ketika aku dengan tergesa-gesa memasukkan baju-bajuku ke dalam tas, memakai jaket ternyamanku, dan membuang sampah yang segudang. Haha aku sudah mirip orang kesurupan karena harus berkejaran dengan waktu, ketakutan kalau-kalau kesorean sampai rumah di tuban.

Sip! Semua beres. Aku pun segera mengayuh sepeda hijau yang aku pinjam sore kemarin. Tujuan utamaku adalah menuju karangwuni. Hoahaha walaupun boulevard depan grahasaba ugm terlihat datar tanpa gelombang, tapi pada kenyataannya jalan ini menanjak. Kau perlu mencoba mengayuh sepeda sepanjang jalan ini sekitar jam 10, maka aku berani bertaruh, harapan berbuka puasa di sore hari akan menguap, terganti oleh nikmatnya membatalkan puasa karena saking capeknya. Paling tidak, aku telah mempraktekkannya, hahaha (tertawa puas). Ehem, aku akan cerita nanti.

Siang itu, pundakku serasa membawa beban seribu ton remote control. Hadeeh, beratnya...ditambah satu tas penuh oleh2 di keranjang sepeda. Aku mengayuh, lagi dan lagi. Tentu saja aku mewarnainya dengan menuntun sepeda menggemaskan itu. Boulevard memang bagaikan jembatan sirathal mustaqim, namun karena aku cukup tegar, maka jalan itu tertaklukkan pula. Sekarang menuju fisipol.

Sampai fisip, terlihat portal sana-sini. Walah, aku sempat kebingungan mau lewat mana. Tapi ada anak2 kecil sedang bermain sepeda di sekitar sana. 'lewat sini mbak!' kata mereka. Aku pun mengikuti saran mereka. Aku telusuri jalan yg sama dg mereka namun ternyata terhalang oleh gundukan semen yang cukup tinggi. Tahu aku bakal kesulitan, merekapun langsung berkata 'kita bantuin mbak'. Iyap! Atas bantuan mereka, Sepedakupun terbebas dari hambatan. Aku melanjutkan perjalanan dengan hati ringan seperti dikawal oleh teman2ku yang selalu siap menolong. Hmm kadang aku merasa, chemistry itu mungkin saja sudah tertanam di hatiku dan semua anak. Sehingga rasa sungkan dan ketidaktahuan, menjadi rasa saling memahami.

Namun seringan apapun hatiku, nyatanya panasnya jogja dan jauhnya jarak membuatku ngos2an tiada tara. Sampai warnet, kakiku sudah gemetaran tak karuan. Duduk sebentar, aku memikirkan sesuatu tentang masa depanku. Ting! Sudah aku putuskan, maka sebelum masuk ke dalam bilik warnet, aku membuka kulkas kecil, mengamati apa yg ada di dalamnya, dan menyambar segelas aqua. Sebelum benar2 masuk, aku mengacungkan aqua itu pada si penjaga warnet sambil bilang 'aqua ya mas', kataku santai. Dia terbengong-bengong. Aku cuek saja. Ah sudah aku duga, dia pasti heran aku gak puasa, mana pake jilbab lagi, hahaha.

Tak berapa lama, aku selesai ngenet. 'mas, semua berapa? Sama aqua satu ya..' kataku tanpa dosa. Dia senyum2. Ah sudah aku tebak, sebentar lagi pasti tanya 'gak puasa mbak?', atau 'seger mbak?'. Tapi bukan, dia melanjutkan senyumnya dengan pukulan telak:'aquanya gak dijual mbak'. Kali ini aku yang bengong. 'yang dijual cuma yg dibotol2, kalo aquanya gak tahu punya siapa'

ngek ngok.. Selamat mas, anda membuat saya terbengong2 selama beberapa detik. Sumpah! Dia seperti baru menang tinju dg pukulan KO tanpa perlawanan dariku. Aku pikir, ini situasi yg sangat aneh, haha. Aku tak bisa menyimpulkannya, campur aduk rasanya. Hah dodol sekali aku ini..