Tuesday, December 21, 2010

Menutup 2010, Menyambut Tahun Baru

Aku tahu kenapa para pencipta lagu dapat membuat syair yang indah itu. Aku tahu kenapa para pujangga membuat puisi yang indah itu. Seakan mereka menyerahkan hidupnya pada sang kekasih dan tak ada kesempatan untuknya hidup selain dengan sang kekasih, aku tahu rahasianya. Karena mereka jatuh cinta...yah mereka jatuh cinta. Kadang ketika jatuh cinta, hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya menjadi nyata. Hal yang paling bodoh di dunia pun dilakukannya, yah itulah karena sedang jatuh cinta...


Sepuluh hari lagi tahun baru, besok hari ibu. Seperti biasa, saya bukanlah orang yang pandai memaknai hari. Entah bagi orang lain, menurut saya setiap hari itu punya makna. Saya belajar tiap hari, tentang hidup, kesusahan, dan perayaan. Sudahlah, siapa yang perduli.

Ini adalah perenungan. ini adalah apa yang terjadi dalam hidup saya pada tahun lalu dan harapan saya di tahun depan. Memang tidak penting, tapi saya suka membagi pelajaran dibaliknya.

Bagi saya, tahun lalu dimulai ketika saya jatuh hati kepada seorang lelaki. Tentu seorang lelaki dong nung! Ya, memang pada bulan Nopember, namun bagi saya itulah awal tahun, sekaligus dimulainya hidup yang konyol namun menyedihkan. Rasanya, baru kali itu saya benar-benar menyukai seorang lelaki. Saya adalah tipikal yang mudah sekali "melirik" orang, tapi akan segera pergi kalau dua hal terjadi: pertama ketika orang itu saya anggap "bodoh" (menurut kriteria saya), dan kedua ketika saya tahu kalau laki-laki itu sudah ada yang punya.

Dengan laki-laki ini, saya merasakan sebuah ketidakadilan yang sangat. Seandainya dari awal dia mengatakan kalau sudah punya pacar, PASTI SAYA TIDAK AKAN PERNAH TERTARIK PADANYA. Ketika suatu hari saya kirim email tentang perasaan saya, seharusnya dia membalas dengan bilang kalau dia bukan untuk saya karena sudah ada wanita lain di hidupnya. Dan bukan membalas dengan sebuah lagu berjudul good day sunshine. Intinya, saya cukup pintar membaca perasaan lelaki kepada saya, harusnya dia tak membodohi saya dengan bilang "saya tidak pernah menyuruhmu menyukaiku". Saya memimpikan dia cuma bilang "maaf" saja, tapi sampai sekarang kata itu tak pernah ada.

Ya, mungkin dia memang merasa tidak bersalah. Itu keputusannya, saya pikir dia sudah cukup dewasa untuk mengerti tentang apa yang dilakukannya, termasuk untuk jujur kepada dirinya sendiri. Sekarang semua sudah "terlihat" baik-baik saja. Dia dengan hidupnya dan begitupun saya. Tapi kadang saya masih merasa ada yang kurang. Masalah ini diputuskan tanpa penyelesaian. Kami tidak pernah membicarakan masalahnya, tiba-tiba ada kata damai...saya takut, jangan-jangan karena kami terlalu takut untuk jujur satu sama lain? itu bukan penyakit orang yang di permukaan terlihat baik-baik saja, tapi di dalam tidak damai?

Hehe, setahun setelahnya, saya banyak memetik pelajaran dari kejadian di atas. Saya semakin mengerti bagaimana perasaan orang yang jatuh hati kepada orang lain. Ternyata, mencintai itu sakit kawan. Kau harus bersiap untuk kecewa di setiap detiknya. Kecewa ketika kau dicuekin. Kecewa ketika rindu lalu menjadi cemburu. Kecewa ketika dia mengatakan kebenaran. Tapi itu pendapat saya lo,,,saya pun akhirnya mengambil keputusan kalau saya tidak boleh meletakkan kepercayaan saya sepenuhnya kepada seseorang. Percaya berarti juga rasa cinta. Saya harus menyisakannya untuk rasa benci dan ketidakpercayaan, karena kita tak pernah tahu kapan dikhianati. sayangnya, sekarang hati saya sedang dikuasai oleh keduanya.

Oleh karena rasa sakit itu, saya merasa perlu untuk lebih menghargai perasaan orang lain. Lebih baik mengatakan dengan baik-baik kalau kita tidak suka/tidak ada kemungkinan bersama dengannya, daripada memberi harapan dan menggantungnya. Karena saya yakin, Tuhan itu Maha Adil. Kita tidak pernah tahu kapan nasib akan berbalik mempermainkan kita.

Saya pun ingin bilang dengan lantang bahwa saya bangga kepada diri saya karena saya tidak pernah mengingkari prinsip ini: tidak akan pernah merebut pasangan orang lain, meskipun seorang teman bilang, selama janur kuning belum melengkung, persaingan masih dihalalkan. Bagi saya tidak! ini bukan tentang seseorang belum legal menjadi milik orang lain, tapi lebih kepada perasaan sesama jenis saya. Saya berjanji tidak akan menyakiti hati wanita lain.

Apapun itu, saya tetap harus berterimakasih dengan apa yang telah saya alami itu. Walaupun pedih sekali, tapi banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan. Saya menemukan hidup yang lebih berarti, mengetahui begitu banyak orang yang perduli kepada saya, dan hati yang tangguh luar biasa. Sekarang saya berdiri di sini dengan hati yang lapang sekali daripada kemarin-kemarin. Namun saya juga khawatir, bisakah saya percaya kepada laki-laki lagi? tepatnya, sampai kapan saya akan memendam ketidakpercayaan kepada mereka? semoga tidak lama...



mungkin bersambung...