Saturday, July 16, 2011

ARGGGGGG

Saya sedang mengalami kekecewaan akut. Sepertinya saya memang hendak meninggalkan kerjaan saya saja. Kali ini alasannya sangat mendasar. Saya tidak bisa terus bekerja di tempat yang selalu memasang muka pemiliknya di halaman depan. Jika anda menilai ini hal yang sepele, menurut saya sebaliknya.

Saya bukan orang yang mau bekerja di tempat seperti itu. Saya ingin mencari yang lain. Tempat yang terus mendukung saya untuk menulis dan yang penting tidak memajang pemiliknya di halaman depan. saya benar-benar tidak bisa di tempat yang sangat dikuasai beberapa orang saja. Saya ingin kebebasan yang mutlak namun bisa menggiring saya pada kemajuan.

Arrrrgggggg!?

Saturday, July 2, 2011

Sadis

Mungkin saya adalah salah satu orang yang paling pesimis terhadap hubungan, apapun itu. Dari mulai hubungan pertemanan, pacaran, bahkan keluarga sekalipun. Tertawakanlah atau cacilah kalau perlu, memang begitulah saya. Tapi saya punya alasan atas sikap saya itu yang mungkin tidak pula bisa dimengerti.

Suatu hari, teman saya mengajak makan malam. Kebetulan perut saya memang lapar. Saya bilang "iya". Sebagai teman bergosip, saya sudah biasa makan dengannya. Lalu kami berkeliling mencari warung yang sesuai dengan isi kantong dan lidah kami. Muter-muter-muter. Tiba-tiba sudah dekat saja dengan kos-kosan teman saya itu. Dia pun bilang, "aku pulang ke kos aja ya. Gak jadi makan," katanya.

Saya mengiyakan. Karena kalau saya ngrengek, mungkin saja teman saya ini malah tidak ikhlas makan dengan saya. Efek samping positifnya, saya tidak sakit hati dengan teman saya ini. Saya biarkan saja dia pergi. Tapi jangan salah, saya terus ingat ketidakkonsistenannya itu. Jadi ketika dia janji, saya tidak akan berharap banyak dia menepatinya. Biarlah sesuka dia. Yang penting saya sudah menyiapkan diri saya kalau-kalau dia ingkar janji baik secara batin maupun lainnya. Memang terlihat pasrah, tapi saya orang yang percaya ini: semua orang berbohong, semua orang ingkar janji. Kita tidak akan pernah tahu kapan akan dicurangi atau dikecewakan. Hehehe

Suatu hari, A bilang kalau B suka memakai celana pendek ke kantor. "Hey, temanmu itu lo kalau ke kantor pakai celana pendek," kata A kep-ada saya. Dia mengatakannya sambil berbisik. Meski raut muka saya datar dan enggan berkomentar, tapi dalam hati tidak diam. Saya pun "niteni" kalau teman saya ini bisa saja membicarakan saya di belakang. Sama seperti dia membicarakan B. Jadi, pilihan saya adalah tidak akan sepenuhnya percaya dengan A, apapun yangdikatakannya. Mungkin memang benar perkataannya, tapi hal dibalik itu,harus tetap diwaspadai.

Saya juga menjumpai teman yang terlalu berusaha diterima di kelompoknya. Dia tertawa, tersenyum, menanggapi, semua yang fenomena di kelompok itu. Dia memperlakukan semua orang dalam kelompok itu dengan sangat spesial. Sampai terkadang saya merasa dia terlalu berlebihan berusaha dan tidak menjadi dia apa adanya.

Bagi saya, hubungan itu tidak bisa dipaksakan. Kedekatan itu berjalan seiring dengan kematangannya. Sesuatu yang dipaksakan matang itu pasti punya efek samping. Dan yakinlah, pasti itu tidak sehat. Biarlah yang alami meski lama. Toh kalau memang jodoh untuk dekat, pasti masa itu akan datang dengan sendirinya.

Karena mindset saya itu pula, banyak orangyang tidak mengerti terhadap langkah yang saya pilih. Ketika saya memang membatasi diri untuk tidak terlalu akrab dengan gerombolan saya, teman saya melihat itu sebagai kejanggalan. Ya, memang berbeda dengan yang lain, saya mengakui itu. Tapi bukan berarti itu salah, karena toh saya tidak pernah merugikan siapapun akan tindakan saya itu.

Lalu, saya kadang terlihat diam bahkan cuek terhadap keberadaan orang lain. Tahukah mereka kalau saya pun mengamati mereka. Saya "membaca" mereka. kalau kamu tidak tahu, tiap raut muka dan gerak-gerik si orang sudah bisa dibaca. Tanpa berkomunikasi pun, saya sudah berkenalan dengan mereka. Apa proses yang terjadi selama saya tak kenal dia itu, sudah saya jadikan wacana sebelum benar-benar kenal. Seperti, apakah dia memang benar-benar ingin kenal dengan saya? sebaiknya seperti apa saya bersikap kalau berkenalan dengannya? apakah saya perlu intense dengannya? dll

Meski saya pesimis, bukan berarti saya tidak ingin menjalin hubungan apapun. Hoho jangan salah paham dulu. Justru saya ingin membuat hubungan yang langgeng dengan cara itu. Yaitu dengan menetralisir ketergantungan saya akan hubungan. Gampangnya, saya selalu menyiapkan diri untuk kecewa dengan orang lain. Tapi bukan berarti orang itu bisa mencurangi saya terus lalu saya biarkan. Tidak. Saya pun tidak se-dewa itu. Saya lebih suka meninggalkan yang tidak bisa dipercaya itu tanpa sedikit pun niat untuk membutuhkannya. Dia yang akan datang kepada saya. Dan rida baginya akan terus berputar. Kecuarangannya itu akan merugikannya suatu hari nanti.


Eh, masih belum puas tapi udah ada panggilan (wanita panggilan kiee). Peace!

Sunday, June 26, 2011

Mboh

Walah
Walah
Walah
Opo aku nikah aja ya?
hahahaha

Benar sekali saudara-saudara! saya sedang mengalami kebosanan yang sangat dengan hidup saya saat ini. Biasalah, ini mungkin kekurangan saya soalnya tidak bisa menetapkan hati pada satu hal saja. Maunya lari ketika sudah bosan. Ganti lagi yang baru, begitu terus. Semoga itu tidak terjadi sama pernikahan saya kelak. Wah, ora lucu nek koyo ngonoku.Amit-amit jabang bayi.

Setelah kemarin adegan nangis-nangis dan putus asa karena keluar dari kerjaan. Sekarang saya balik lagi ke tempat yang sama. Sudah jalan dua minggu. Yah, saya senang, bisa kerja lagi, sibuk lagi. Tapi akhir-akhir ini saya jadi bosan. Selain karena masalah intern wartawan yang adaaaa aja, swasana kerja yang gak semenyenangkan dulu, sampai ingin swasana baru yang lebih asyik.

Sebenarnya, saya senang sekali ikut memperjuangkan J*gja R*y* agar menjadi koran yang bagus. Tidak tahu arti bagus bagi penggede koran dibawah J*w* pos itu. Tapi, arti bagus bagi saya adalah memiliki manfaat besar untuk masyarakat, beritanya tidak ecek-ecekan (harus berkelas), dan dibuat oleh tim yang solid. Saya ingin sekali bekerja dengan orang-orang yang profesional dan becus. Ingin sekali membuat koran yang tidak eksploitatif dan hanya menyajikan bad news tanpa pemaknaan. Atau sekedar koran gosip yang tidak berusaha memperbaiki keadaan. Itu idealisme saya.

Intinya, saya ingin ngeluh. Saya tidak nyaman dengan suasana kerja saya sekarang. Dulu, saya bertahan dengan tekanan kerja yang sangat ekstrem karena saya suka suasana kerja. Tapi sekarang saya kehilangan itu. Terlalu banyak omongan di belakang. Terlalu banyak cek-cok. Saya tidak suka dengan hal-hal seperti itu.

Dan juga, entah kenapa koran saya yang di pusat sana, suka sekali "memajang" muka pemiliknya. Hah, kalau ada berita tentangnya, pasti masuk halaman satu. Menurut saya, itu menyebalkan.

Entahlah, kalau dulu saya semangat banget, Tidak terlalu kalau sekarang. Jelasnya, saya sedang kehilangan semangat itu.

Entah apa yang saya cari sekarang...opo nikah wae yo? hahaha. Tapi kok yo ora ono calon. Wes jan, ora mutu tenan tulisan iki.



Hey,
saya sedang aneh nih
aneh itu kata dasarnya ane
ane itu saya
jadi saya ya ane
berarti saya aneh
Iyo to?


Perhatian: ini tulisan paling geje yang pernah saya buat. Hati-hati, kalau baca bisa merasa aneh. benar sekali.

Friday, May 27, 2011

Hampir Subuh

Hati saya sakit luar biasa. Saya bingung dengan hidup saya saat ini. Saya tidak tahu, tapi rasanya kosong tanpa masa depan. Rasanya sakit sekali dibanding ketika diprotes narasumber karena tulisan saya salah. Hehehe

Hmm saya sudah meninggalkan pekerjaan saya sebagai wartawan. Mungkin memang tidak permanen, karena mereka masih mengharapkan saya kembali. Tapi saya pun tidak bisa menjanjikannya. Saya belum tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Menjadi wartawan adalah puncak rasa penasaran saya akan tantangan. Ya, jadi wartawan adalah hal tersulit selama hidup saya. Tapi juga paling menantang dan sarat akan pelajaran. Bukannya saya memuju-muji pekerjaan saya. Saya tahu banyak yang pesimis akan pekerjaan ini, tapi justru saya dapat energi dari saya. Saya merasakan bagaimana rasanya tidak disukai di satu sisi, tapi diagungkan di sisi lain. Dan itu mungkin pengalaman yang tidak akan saya dapatkan di pekerjaan lain.

Hmm, kalau saya kenang, saya merasa cinta sekali akan pekerjaan saya. Dua hari ini tidak bekerja, ada sesuatu yang kurang. Ternyata saya sangat sayang. Ya, sayang...

Sementara, rumah sudah menunggu saya. Ibu saya belakangan sering sakit dan ayah saya sepertinya kualahan akan hal itu. Saya mengerti, tidak mudah menghadapi kehidupan pasca meninggalnya mbak Eli. Kalau mereka pikir saya tidak sedih, mereka salah. Terkadang saya menangis sendiri karena kepedihan yang tidak bisa saya lupakan. Dan itu sakit sekali kawan.

Bayangkan, saya menyaksikan setiap detik penderitaannya menjelang kematian. Saya merawatnya dari kebutuhan yang remeh temeh sampai yang asasi sekalipun. Saya menyaksikan tiap detik penderitaannya baik fisik maupun mental. dan setiap saya pulang atau beribadah, saya teringat dia. Itu sakit sekali...

Di subuh ini, hati saya semakin sakit. Saya nganggur sekarang. Cita-cita saya seperti kandas karena saya harus pulang. Pulang berarti isolasi. Dan saya tidak bisa mengembangkan diri secara maksimal. Entahlah, itu mungkin bayangan saya yang paling liar. Saya yakin semua tidak seburuk itu. tapi saya tidak memiliki bayangan sedikitpun apa yang akan saya lakukan di rumah. dan mungkin saya akan mengering di sana. Sirna dimakan keputusasaan.

Entahlah, saya ingin menghadapi ini dengan tegar. Saya ingin menyusun langkah-langkah yang mungkin bisa saya lakukan. Tapi keegoisan saya begitu kuat. Saya masih ingin mewujudkan mimpi saya keliling indonesia dan menuliskannya. Semua pengalaman yang saya lalui. Saya ingin sekali...Dan ketika saya sedang merintisnya, tiba-tiba saya harus pulang. Mimpi saya terombang-ambing, saya linglung, saya kosong...

Entahlah, hidup tanpa harapan itu seperti mati ditabrak becak. Konyol, sungguh konyol. Ah saya merusak tulisan ini dengan membuat erandaian yang juga sangat konyol. Anyway, saya tetap ingin kuat menghadapi semua ini. Saya harus yakin saya bisa. Saya harap hati saya tetap lapang. Bismillah...